Masalah JMP

Hingga kini, Jembatan Merah masih menjadi pusat bisnis yang menjanjikan. Karena banyaknya orang yang berlalu lalang, di trotoar Jembatan Merah Plaza kini banyak mangkal para tukang becak yang melepas lelah sambil menunggu penumpang. Karena semrawut, beberapa polisi sering menertibkan kawasan tersebut dari para tukang becak. Namun tetap saja meski ditertibkan para tukang becak masih membandel. Mungkin mereka merasa wilayah tersebut
sudah menjadi lahan rezekinya. Menjadi pusat bisnis, otomatis banyak yang mengunjungi kawasan Jembatan Merah. Dan tentu saja ada side effect dari fenomena ini.

Di depan Jembatan Merah Plaza terdapat terminal bayangan yang menjadi tempat mangkal bayangan sejumlah mikrolet dan bus kota. Hal ini tentu saja menyebabkan ruas jalan menjadi sering macet. Pemkot pun bekerjasama dengan beberapa pihak sudah berupaya untuk menertibkan kawasan ini. Kondisinya sekarang pun sudah lumayan, meski masih ada mikrolet dan bus kota yang nekat mangkal namun suasananya sudah tak separah dulu. Namun upaya penertiban itu tak akan pernah berhenti. 

Keadaan tersebut menjadi pengaruh utama kawasan ini. Objek-objek yang memenuhi kawasan ini memiliki dampak besar terhadap kawasan tersebut, baik dampak positif maupun dampak negatif. Sebagai contoh dampak positifnya adalah semakin banyak kendaraan yang lalu lalang; semakin banyak jumlah defisit lokal. Meski hanya “mampir”, setidaknya jumlah pendatang tersebut meningkatkan rating kawasan tersebut. Sedangkan dampak negatifnya adalah semakin banyak kendaraan yang lalu lalang; semakin banyak kendaraan umum yang berhenti di sepanjang jalan kawasan Jembatan Merah Plaza untuk menunggu penumpang. Kendaraan umum yang menunggu penumpang tersebut tidak jarang membuat laju kendaraan stagnan hingga menjadi stagnasi. Pengendalian intensitas kendaraan sangat diperlukan dalam menangani stagnasi yang terjadi tersebut.

Selain tentang objek bergerak, gedung-gedung kawasan Jembatan Merah Plaza kurang menarik perhatian. Gedung-gedung tersebut seolah menimbulkan “prasangka” yang buruk. Bangunan tua dan ruko-ruko disekitar tempat tersebut tidak terawat dengan baik sehingga masyarakat luar daerah menganggap JMP kurang cocok sebagai objek hiburan (belanja), padahal JMP adalah defisit utama daerah Jembatan Merah. Oleh sebab itu, gedung-gedung di kawasan JMP perlu mendapat penanganan secara mendalam.(ak)

0 Response to "Masalah JMP"

Posting Komentar